KEBIJAKSANAAN SEBAGAI KARUNIA ROH KUDUS: MAKNA DAN BUAHNYA BAGI HIDUP SEORANG KRISTIANI WISDOM AS A GRACE OF THE HOLY SPIRIT: THE MEANING AND THE FRUIT FOR THE LIFE OF A CHRISTIAN Section Articles

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Andreas Maurenis

Abstract

In the Scriptures it says 'Fear of God is the beginning of wisdom, but fools insult wisdom and discipline' (Proverbs 1: 7). People who live a good spiritual life will always be blessed with God's spirit of wisdom. Wisdom, which is one of the gifts of the Spirit, which is narrated in the Old and New Testaments, was always believed by Christians from the beginning even experienced by the Apostles at Pentecost as described in Acts. Indeed there is no human who deserves to claim himself as a wise person. But humans deserve the wisdom to produce good fruits in their social life especially in this context, their meaning and fruit for a Christian for himself and for the environment. Through the descriptive method of the text, the author tries to explore further, how the meaning and fruit for a Christian when his life is always shaded by the gift of the Holy Spirit.


===


Dalam Kitab Suci dikatakan 'Takut akan Tuhan adalah awal kebijaksanaan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan' (Amsal 1:7). Orang yang menjalankan hidup rohani yang baik akan selalu dikaruniai roh kebijaksanaan oleh Tuhan. Kebijaksanaan yang adalah salah satu karunia Roh, yang dinarasikan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, senantiasa diimani oleh orang Kristen sejak awal bahkan dialami oleh Para Rasul pada saat Pentakosta sebagaimana dilukiskan dalam Kisah Para Rasul. Memang tidak ada manusia yang layak mengklaim diri sebagai orang bijaksana. Tetapi manusia layak mendambakan kebijaksanaan untuk menghasilkan buah-buah yang baik dalam kehidupan sosialnya terutama dalam konteks ini, makna dan buahnya bagi seorang Kristiani bagi dirinya dan bagi lingkungan. Melalui metode deskriptif teks, penulis mencoba menelusuri lebih jauh, bagaimana makna dan buah bagi seorang Kristiani ketika hidupnya selalu dinaungi oleh karunia Roh Kudus.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

References

  1. Aji, Obed Krisnantyo. Being Radical for Jesus. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2016. Aland, Kurt., dkk (edits). The Greek New Testament Dictionary. Stuttgart: United Bible Societies, 1983. Augustine, Commentary on the Lord’s Sermon on the Mount, 1,4,11, terj. Denis Kavanagh (Washington, DC: Catholic University of America Press, 1951.
  2. Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 2005.
  3. Embuiru, SVD., Herman. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah, 2014.
  4. James, William. Perjumpaan Dengan Tuhan, terj. Gunawan Admiranto., Bandung: Mizan,
  5. John, R.W. Stott. Baptisan dan Kepenuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.
  6. Magnis-Suseno, Frans. 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampi Abad ke 19. Yogyakarta:
  7. Kanisius, 1997.
  8. Sanders, J. Oswald. Roh Kudus Penolong Kita. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1965.
  9. Scheunemann, D. Sungai Air Hidup, Edisi Kedua. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1965.
  10. Wagner, C. Peter. Manfaat Karunia Roh, cetakan kelima. Malang: Gandum Mas, 2005.
  11. Warren, Rick. Pertumbuhan Gereja Masa Kini. Malang: Gandum Mas, 2003.